Seorang anak Indian yang beranjak dewasa diwajibkan oleh ayahnya untuk menyepi di sebuah tempat apabila ia ingin menjadi seorang Indian dewasa. Dalam penyepian itu, si anak Indian harus bisa belajar dari apa yang diamati dan ditemuinya selama ia berada dalam kesendiriannya. Hal ini yang dilakukan oleh seorang anak Indian ketika ia ingin dipandang dewasa. Ia melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, yaitu naik ke sebuah gunung yang di puncaknya diselimuti oleh salju. Di puncak tersebut, si anak Indian ini mulai belajar tentang kehidupan melalui alam semesta. Ia merasakan dinginnya alam, mendengar suara alam dan semua yang dialaminya sungguh-sungguh dicermatinya …
Akhirnya sampailah ia pada hari terakhir, dan ia merasa dirinya telah berkembang menjadi seorang Indian dewasa. Kemudian ia turun dari puncak gunung tersebut. Namun di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor ular yang sedang membeku karena kedinginan. Ular itu berteriak, “Anak muda … tolonglah aku. Aku mau mati karena kedinginan.” Si anak Indian ini menjawab, “ Tidak, aku tidak mau menolong engkau, karena kalau aku menolongmu maka engkau akan mematuk aku!” Ular kemudian berkata lagi, “Anak muda kalau engkau menolong aku, aku tidak akan mematukmu bahkan aku bersedia menjadi budakmu dan selalu mentaati kemauanmu…” Sekali lagi si anak Indian ini menjawab, “Tidak! Aku tahu siapa engkau, jadi aku tidak akan menolongmu!” Tetapi si ular tidak berputus asa, ia terus membujuk si anak Indian ini dan terus menjanjikan apa yang bisa dijanjikan. Lama kelamaan, luruhlah perasaan si anak Indian ini dan ia kemudian mengambil si ular dan memasukkannya ke dalam pakaiannya serta membawa ular itu turun gunung.
Sesampai di tempat yang hangat, si anak Indian kemudian mengeluarkan si ular dan dengan secara mendadak ular itu menggeliat serta mematuk dada si anak Indian. Anak Indian ini kaget, dan ia bertanya, “Mengapa engkau mematuk aku? Bukankah engkau sudah berjanji bahwa engkau tidak akan mematuk aku?” Jawab si ular, “Bukankah engkau sendiri yang mengatakan bahwa engkau tahu siapa aku? Mengapa engkau masih menolong aku juga?”
Kisah ini mau menceritakan tentang bujuk rayu Narkoba dan Rokok terhadap diri kita. Kita sudah tahu apa kerugian dan efek negatif dari keduanya. Namun lingkungan kita seringkali membujuk kita untuk mencoba mereka (narkoba dan rokok), sehingga kita seringkali terbujuk oleh rayuannya. Ingatlah, sekali kita sudah mulai mencobanya maka kita akan dikuasai oleh narkoba dan rokok tersebut. Hal ini berarti kita telah mencampakkan diri kita yang kudus dan suci ini kepada anjing dan babi, sehingga kita akan dikoyak-koyak oleh mereka dan kita menjadi hamba mereka (lih. Mat. 7:6). Narkoba dan rokok bukanlah sahabat, tetapi mereka menampakkan diri seperti sahabat. Padahal mereka adalah musuh yang ingin menguasai diri kita. Jadi… jangan sekali-kali mencoba mereka, supaya kita tidak dikuasai oleh mereka. Jangan serahkan diri kita kepada mereka (narkoba dan rokok), tetapi serahkan saja diri kita kepada Tuhan karena Tuhanlah sahabat terbaik bagi kita. Amin
——-
By Pdt. Firman Pandjaitan, Mth.