Tema : Roti Ini Untuk Siapa?
Bahan bacaan : Luk. 3: 10-14
Tujuan :
- Agar para peserta PA memahami bahwa “roti pembangunan” harus dinikmati bersama oleh seluruh anggota masyarakat,
- peserta PA pun memahami bahwa untuk menuju kebersatuan dalam masyarakat perlu ada kerjasama,
- peserta PA memahami bahwa sikap untuk bekerjasama dalam menentukan pembagian “roti pembangunan” tersebut merupakan sebuah sikap politis yang adil.
Metoda : Permainan Reflektif dan Diskusi
1. Permainan:
Peralatan :
- Sebuah kursi
- Sebuah meja
- 5 buah meja
- Kue Bolu yang sudah dipotong menjadi 5 bagian, tetapi potongannya tidak sama besar. Potongan pertama lebih besar dari potongan kedua, yang kedua lebih besar dari yang ketiga, yang ketiga lebih besar dari yang keempat dan yang kelima adalah potongan kue bolu terkecil.
Pemain : 5 orang (lelaki saja atau perempuan saja)
Waktu : 10 – 15 menit
Cara Bermain:
- Letakkan sebuah kursi di hadapan sebuah meja yang berisi kue bolu yang sudah dipotong. Jarak antara kursi dengan meja adalah lebih kurang 5 meter.
- Para pemain melakukan undian (bisa dengan “gamsut” atau hompimpa) untuk menentukan urutan duduk.
- Setelah didapatkan para pemenang dalam menentukan urutan duduk, maka para pemain menduduki kursi itu dengan urutan sebagai berikut:
- pemain yang paling kalah (urutan ke-5) duduk di kursi yang disediakan,
- pemain urutan ke-4 duduk di pangkuan pemain urutan ke-5,
- pemain urutan ke-3 duduk di pangkuan pemain urutan ke-4,
- pemain urutan ke-2 duduk di pangkuan pemain urutan ke-3
- pemain urutan pertama duduk di pangkuan pemain urutan ke-2
- Setelah urutan pangkuan dijalankan, maka pemimpin permainan memerintahkan agar para pemain melakukan perlombaan untuk meraih bolu terbesar dengan jalan berlari ke meja yang ada di depannya.
- Bagi yang berhasil meraih kue bolu terbesar, ia yang menang. Sedangkan bagi peraih kue bolu terkecil, ia adalah pemain yang kalah.
- Bagi pemain yang kalah, dikenakan sanksi untuk menghibur para pemain yang menang.
(Catatan: Dalam melaksanakan permainan ini, pemimpin permainan harus memperhatikan dengan seksama mekanisme dan proses saat permainan sedang berlangsung)
Pertanyaan setelah usai permainan:
- Apa yang menjadi kesan dari para pemain
- Apa yang menjadi kesan bagi para penonton
- Bagaimana perasaan yang kalah ketika harus menerima bolu terkecil dan kemudian harus menghibur yang menang?
- Bagaimana perasaan pemain yang menang?
2. Pengantar Diskusi:
Perhatikan gambar di bawah ini:
Kondisi di atas adalah kondisi real/nyata penduduk di Indonesia. Yang menguasai aset negara terbesar, justru, adalah para kelompok elit yang jumlahnya sangat sedikit. Sedangkan yang menjadi pemilik aset negara terkecil adalah kelompok rakyat yang dari segi kuantitas adalah yang terbesar. Ini sangat ironis.
Mengapa mereka (kelompok rakyat) menjadi kelompok yang menguasai aset negara terkecil? Karena mereka selalu kalah (dan dikalahkan) dalam kompetisi kehidupan. Sama seperti permainan pendahuluan, sang rakyat kecil selalu berada dalam posisi memangku mereka yang berkuasa dan selalu memberikan kenyamanan pada yang berkuasa, meskipun mereka sendiri tidak pernah merasa nyaman dengan kedudukan mereka. Sedangkan yang berkuasa selalu merasa nyaman karena posisinya selalu berada dalam posisi yang menguntungkan dan memungkinkan dia untuk meraih keuntungan terlebih dahulu dibandingkan dengan mereka yang memangku sang penguasa. Jika kondisi ini terus dipertahankan, apakah mungkin pembagian “kue pembangunan” dapat berjalan dengan adil? Jawabnya adalah TIDAK!
Situasi seperti ini yang dikritik dan dikecam oleh Yohanes Pembaptis. Ia melihat kondisi korup dalam tubuh masyarakat Yahudi saat itu, sehingga pada saat kemunculannya ia langsung menyuarakan suara pertobatan. Bagaimana sikap bertobat versi Yohanes Pembaptis? Sikap itu jelas tampak dalam ayat 11-14, yaitu: sikap yang didasarkan atas perasaan puas terhadap apa yang dimiliki dan diterima serta menghilangkan kecende-rungan untuk meraih keuntungan di luar jalan halal. Setiap orang yang bertobat juga harus memiliki sikap untuk saling membagi dan memperhatikan mereka yang miskin, kecil dan tidak berdaya; karena untuk itulah mereka diciptakan dan ditempatkan di antara orang miskin. Inilah sikap pertobatan, sekaligus inilah pandangan politis Yohanes Pembaptis terhadap kondisi kemasyarakatan yang ada.
Dari pandangan Yohanes Pembaptis, dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa sikap politik yang harus ditumbuhkan setiap orang beriman adalah mengenai kepedulian dan keterarahan pandangan kepada mereka yang belum mendapatkan “pembagian kue pembangunan” dengan adil. Mereka yang terbuang, tercecer dan dilupakan ini adalah subjek dari sikap politik orang beriman, sehingga mereka selalu mendapatkan kepedulian dan keberpihakan dari mereka yang beriman. Jadi politik, dalam dirinya sendiri, tidaklah kotor; karena politik adalah sikap untuk mendahulukan dan melayani para polis (masyarakat), agar para polis tersebut selalu merasa nyaman dan merasa sejahtera karena mereka mendapatkan porsi “kue pembangunan” dengan adil dan merata.
3. Pertanyaan untuk Didiskusikan
- Apa yang saudara pahami tentang politik, selama ini?
- Mungkinkah gereja dapat terjun langsung dalam kehidupan “politik praktis”? Mengapa? Jelaskan!
- Bagaimana kita, selaku gereja, dapat terlibat langsung dalam kehidupan politik dan menjadi “garam serta terang” dalam kehidupan pokitik tersebut?
4. Penutup
Ulangi lagi permainan sekali lagi dengan sebuah perintah: UPAYAKAN AGAR YANG MENDAPATKAN KUE TERBESAR ADALAH ORANG YANG DUDUK PALING BAWAH!
Setelah permainan dilakukan, refleksikan lagi permainan itu dan kaitkan refleksi tersebut dengan bahan bacaan PA.
Selamat ber-PA
Tuhan memberkati
_____________
by Pdt. Firman Pandjaitan, Mth.